BLOG-NYA ''Keperawatan B"

Budaya Kerja Sehat, Unggul dalam Layanan, Terdepan dalam Informasi

AYO KONSULTASI ONLINE SEPUTAR KESEHATAN

Buat Janji Mudah dan Cepat

Tampilkan postingan dengan label OBAT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OBAT. Tampilkan semua postingan
Yuk, Cermat Memilih Obat Flu dan Batuk

Yuk, Cermat Memilih Obat Flu dan Batuk

Saat terkena flu, mengonsumsi obat flu dan batuk dapat meredakan gejala batuk pilek karena flu dan membuat Anda bisa beristirahat lebih nyenyak, sehingga proses penyembuhan pun lebih cepat. Tapi, memilih obat flu dan batuk tidak boleh sembarangan. Ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan.
Flu adalah infeksi virus yang menyerang sistem pernapasan. Saat flu, tubuh akan secara alami melawan virus penyebab flu dengan cara memproduksi lendir dan menimbulkan peradangan. Produksi lendir yang berlebihan dan peradangan inilah yang akhirnya membuat Anda batuk dan pilek, serta merasa tidak enak badan saat sedang flu.
Yuk, Cermat Memilih Obat Flu dan Batuk - Alodokter

Gejala Flu dan Batuk yang Umum Terjadi

Gejala flu dan batuk biasanya muncul 2-3 hari setelah virus influenza masuk ke dalam tubuh. Selain batuk dan pilek, beberapa gejala yang juga bisa muncul saat flu adalah:
  • Demam
  • Bersin
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala
  • Tubuh terasa lemas
  • Nyeri otot
  • Tidak nafsu makan
  • Mual dan muntah
  • Menggigil atau meriang
Meski demikian, tidak semua orang yang sakit flu akan menunjukkan semua gejala di atas. Gejala flu dan batuk juga bisa saja berbeda pada setiap orang. Gejala yang muncul bisa ringan, bisa juga cukup berat sampai membatasi aktivitas sehari-hari.

Obat Flu dan Batuk yang Bisa Menjadi Pilihan

Batuk dan pilek karena flu sebenarnya dapat reda dan sembuh sendiri dalam waktu beberapa hari, selama daya tahan tubuh Anda baik. Oleh karena itu, Anda perlu beristirahat yang cukup dan banyak minum air putih.
Jika gejala batuk pilek karena flu dirasakan cukup berat sampai mengganggu aktivitas dan istirahat, Anda bisa mengonsumsi obat flu dan batuk untuk meredakannya. Obat batuk pilek ini biasanya dapat dibeli bebas tanpa resep dokter.
Berikut adalah beberapa kandungan obat flu dan batuk yang direkomendasikan:
  • Succus liquiritiae extract atau ekstrak akar manis, untuk meredakan batuk dan sakit tenggorokan.
  • Paracetamol, untuk meredakan demam dan nyeri pada tubuh akibat flu.
  • Amonium klorida, untuk mengencerkan dahak dan lendir, sehingga lebih mudah dikeluarkan.
  • Ephedrine HCI dan chlorphenamine maleate, untuk meredakan pilek dan hidung tersumbat akibat flu. Kedua obat ini juga dapat mengobati pilek karena alergi atau iritasi pada saluran pernapasan, misalnya karena paparan debu, atau asap rokok.
Sewaktu mengonsumsi obat flu dan batuk, pastikan Anda telah membaca petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasannya. Minumlah obat sesuai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan.
Obat antibiotik tidak selalu dibutuhkan untuk mengobati batuk dan pilek, karena sering kali batuk dan pilek disebabkan oleh infeksi virus. Obat antibiotik hanya diberikan jika batuk pilek disebabkan oleh infeksi bakteri, misalnya jika batuk pilek disertai dahak kental berwarna kuning kehijauan, atau jika batuk pilek tidak kunjung sembuh setelah beberapa hari.

Menghindari Flu Penyebab Batuk dan Pilek

Agar tidak mudah terserang virus penyebab flu dan batuk, Anda bisa melakukan beberapa langkah pencegahan berikut ini:
  • Mencuci tangan dengan sabun atau hand-sanitizer, terutama sebelum makan dan setelah menggunakan toilet.
  • Menjauhkan diri dari orang yang sedang flu dan batuk.
  • Menjaga kebersihan dan kualitas udara di dalam rumah, misalnya dengan tidak merokok dan rajin membersihkan rumah. Bila perlu, Anda juga bisa menggunakan penyaring udara atau pelembap udara (humidifier) di dalam ruangan.
  • Menerapkan pola hidup sehat.
  • Mendapatkan vaksinasi influenza.
Perlu Anda ingat, penggunaan obat flu dan batuk harus sesuai dengan dosis dan aturan penggunaan yang tertera pada kemasan obat. Selain itu, ibu hamil dan ibu menyusui juga disarankan untuk berkonsultasi dulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat flu dan batuk yang dijual bebas.
Jika flu dan batuk yang Anda alami tidak kunjung membaik dengan perawatan dan pengobatan secara mandiri di rumah, periksakanlah diri ke dokter agar dapat diberikan penanganan lebih lanjut.

Sama-sama Redakan Nyeri, Pahami Beda Acetaminophen, Aspirin, dan Ibuprofen

Sama-sama Redakan Nyeri, Pahami Beda Acetaminophen, Aspirin, dan Ibuprofen

Sama-sama Redakan Nyeri, Pahami Beda Acetaminophen, Aspirin, dan Ibuprofen
Aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen merupakan obat dengan fungsi yang sama, yaitu sebagai pereda nyeri. Mungkin Anda menganggap bahwa ketiganya sama, karena sama-sama merupakan obat untuk mengatasi nyeri. Ternyata, ada perbedaan dari aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen.  
Simak ulasan di bawah ini agar tahu obat jenis apa yang lebih cocok untuk meredakan rasa nyeri yang Anda alami. 

Perbedaan acetaminophen, aspirin, dan ibuprofen

Ketika sakit kepala, punggung, atau bagian lainnya, mungkin Anda akan segera minum obat penghilang rasa nyeri. Sayangnya, tak semua obat pereda nyeri itu sama, Anda harus menyesuaikannya dengan kondisi Anda.
Nah, umumnya masyarakat lebih mengenal obat aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen sebagai pereda nyeri. Dua diantaranya, yatu aspirin dan ibuprofen termasuk dalam obat non-steroid anti-inflamasi (NSAID). 
Obat dengan kategori NSAID biasanya digunakan untuk meredakan nyeri haid atau gigi serta gangguan pada sendi, otot, saraf, dan tendon. Sedangkan, acetaminophen lebih berguna pada orang yang mengalami nyeri selama flu menyerang. 
Akan tetapi, ketiganya sama-sama digunakan untuk mengurangi demam. Supaya Anda lebih mengenali apa saja perbedaan antara aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen, mari diulas satu persatu. 

1. Cara kerja

paracetamol acetaminophen obat
Walaupun ketiganya termasuk dalam obat penghilang rasa nyeri, aspirin, acetaminophen dan ibuprofen tentu memiliki cara kerja yang berbeda. 

Aspirin dan ibuprofen

Sebagai obat NSAID,  aspirin dan ibuprofen dapat menghambat prostaglandin. Prostaglandin merupakan zat kimia dalam tubuh yang mirip seperti hormon. Zat ini berguna dalam sistem reproduksi dan penyembuhan luka, termasuk meredakan sakit.
Biasanya, senyawa kimia ini diproduksi selama menstruasi dan merangsang otot rahim agar berkontraksi. Jika kadarnya terlalu tinggi, prostaglandin dapat menyebabkan nyeri haid dan radang sendi. 

Acetaminophen

Jika aspirin menghambat produksi prostaglandin, justru acetaminophen meningkatkan senyawa prostaglandin di otak manusia agar rasa sakit Anda mereda. 
Acetaminophen lebih baik dalam mengatasi demam dibandingkan dengan ibuprofen atau aspirin. Selain itu, acetaminophen aman digunakan untuk ibu hamil dan anak bayi.

2. Dosis penggunaan

magnesium sulfate sulfat
Salah satu hal yang menjadi perbedaan lain antara aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen  adalah dosis penggunaan. Walaupun fungsinya sama, setiap obat memiliki dosis aman yang berbeda-beda. 

Aspirin

Normalnya, dosis rata-rata orang dewasa adalah 325-1000 miligram (mg) setiap empat sampai enam jam sesuai kebutuhan. Jika Anda minum obat ini, jangan sampai minum lebih dari 4 gram per hari. 
Bagi anak-anak, dosis aman aspirin mereka adalah 10-15 mg per kilogram setiap empat sampai enam jam. Namun, disarankan untuk tidak dikonsumsi oleh anak-anak berusia di bawah 18 tahun. 

Acetaminophen

Sebenarnya, dosis acetaminophen pada orang dewasa hampir sama dengan dosis penggunaan obat aspirin, yaitu 325-100 mg setiap empat sampai enam jam. Selain itu, konsumsi harian acetaminophen juga tidak boleh lebih dari 4 gram.
Namun, biasanya pemberian acetaminophen pada anak-anak dalam bentuk cairan karena lebih cepat bereaksi dan mudah diminum. 

Ibuprofen

Jika aspirin dan acetaminophen memiliki persamaan dalam dosis penggunaan, ibuprofen mempunyai aturan dosis yang berbeda dengan keduanya. Dosis ibuprofen pada orang dewasa adalah 200-400 mg setiap empat sampai enam jam. 
Penggunaan hariannya pun dibatasi tidak boleh melebihi 3,2 gram per hari untuk mencegah overdosis. 

3. Efek samping

pengobatan anemia obat kurang darah
Setelah mengetahui perbedaan antara aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen dalam dosis penggunaan, kenali apa saja efek samping yang ditimbulkan dari ketiga obat ini. 

Aspirin

Seperti yang dilansir dari laman U.S National Library of Medicine, terdapat beberapa efek samping yang ditimbulkan ketika Anda mengonsumsi aspirin, yaitu:
  • Diare
  • Gatal-gatal
  • Nyeri perut
  • Ruam kulit
  • Mual
Bahkan mungkin saja Anda mengalami gangguan pendengaran atau telinga berdering. Bila hal ini terjadi, sebaiknya segera ke unit gawat darurat karena hal ini bisa jadi tanda overdosis obat. 
Maka itu, sebelum mengonsumsi aspirin, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter dahulu, terutama penderita maag, ibu hamil, dan memiliki masalah perdarahan. 

Acetaminophen

Sebenarnya, acetaminophen termasuk obat penghilang nyeri yang memiliki efek samping yang sedikit jika dikonsumsi sesuai anjuran. Akan tetapi, ketika seseorang menggunakannya secara berlebihan, tentu akan menimbulkan berbagai efek samping, seperti:
  • Mual
  • Sakit perut
  • Kehilangan nafsu makan
  • Sakit kepala
  • Ruam kulit dan gatal
  • BAB berwarna tanah
  • Urine berwarna gelap
Mengonsumsi acetaminophen secara berlebihan pun dapat meningkatkan risiko kerusakan hati, terutama pada pecandu alkohol. Hal tersebut dikarenakan alkohol membuat tubuh memiliki tingkat toleransi acetaminophen yang lebih rendah, sehingga dosisnya diturunkan menjadi 2 gram per hari. 

Ibuprofen

Ada beberapa efek samping lainnya yang perlu Anda ketahui, yaitu:
  • Pusing
  • Iritasi mata dan penglihatan terganggu
  • Pembengkakan pada pergelangan kaki. 
  • Reaksi alergi tingkat sedang. 
  • Kesemutan dan mati rasa pada kaki dan tangan
  • Sering buang air kecil
Jika perbedaan antara aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen di atas masih membuat Anda bingung harus memilih yang mana, tanyakan kepada dokter atau apoteker ketika membeli obat.
5 Tips Memilih Air Minum Kemasan yang Paling Sehat dan Murni

5 Tips Memilih Air Minum Kemasan yang Paling Sehat dan Murni


5 Tips Memilih Air Minum Kemasan yang Paling Sehat dan Murni

Di tengah banyaknya pilihan air minum dalam kemasan, sebaiknya Anda jeli memilih produk yang paling aman dan sehat bagi tubuh. Pasalnya, air menjadi salah satu komponen penting dalam tubuh yang diperlukan untuk menjalankan fungsinya secara maksimal. Oleh karena itu, sebelum membeli air minum dalam kemasan, cek lima hal berikut untuk memastikan keamanan dan kemurnian air minum.

Cara sehat memilih air minum dalam kemasan

1. Cek sumber airnya

Sumber air menjadi poin yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan saat memilih air minum dalam kemasan.
Dr. Joseph Mercola, anggota American College Nutrition, menyatakan bahwa mata air pegunungan merupakan sumber air yang ideal dan baik untuk diminum. Pasalnya, mata air pegunungan menjadi salah satu air tersehat dengan berbagai kandungan alami di dalamnya. Selain itu, pH air yang diambil dari sumber alami juga seimbang dan tepat bagi tubuh, tidak terlalu asam atau basa.
Dengan begitu, minum air dari mata air alami tak hanya membuat kebutuhan cairan terpenuhi tetapi juga membuat Anda tetap sehat.

2. Cek kandungan mineralnya

Air mineral [IA1] menjadi salah satu sumber terbaik untuk memenuhi kebutuhan cairan Anda. Pasalnya, jenis air ini mengandung berbagai mineral alami yang diperlukan tubuh. Untuk itu, sebaiknya pilih produk yang dalam label kemasannya menyertakan keterangan “air mineral”.
Biasanya air dari sumber alami ini mengandung berbagai mineral penting, di antaranya:
  • Kalsium, menjaga kesehatan tulang dan gigi, mengatur proses pembekuan darah, dan perkembangan otot.
  • Natrium, membantu menghasilkan sinyal listrik dalam proses komunikasi otak dengan saraf pusat dan otot.
  • Magnesium, mengendalikan kontraksi otot, produksi energi, dan komunikasi sinyal saraf.
Berbagai mineral ini sangat dibutuhkan karena tubuh tidak bisa memproduksinya secara langsung. Untuk itu, minum air yang mengandung mineral sangat penting untuk kesehatan Anda. Ini karena mineral dalam air merupakan ion bebas yang lebih mudah diserap oleh tubuh dibandingkan yang ada pada makanan.

3. Cek warna airnya

Air yang aman dikonsumsi adalah air yang tidak berwarna atau terlihat jernih. Jika Anda melihat warna kecokelatan pada air dalam kemasan yang dibeli, sebaiknya jangan dikonsumsi.
Dalam penelitian yang diterbitkan pada Clinical Cases in Mineral and Bone Metabolism, dinyatakan bahwa air yang diminum haruslah jernih dan tidak berwarna. Pasalnya, hal ini menjadi salah satu tanda bahwa tidak ada mikroorganisme pembawa penyakit dan bahan kimia berbahaya untuk tubuh di dalam air.

4. Cek bau dan rasa airnya

Poin penting selanjutnya dalam memilih air minum dalam kemasan yaitu pilihlah yang tidak berbau dan berasa. Pasalnya, air yang sehat adalah air yang rasanya tawar saat diminum tanpa ada rasa-rasa aneh lainnya dan yang tidak memiliki bau apa pun. 
Hal ini diperkuat oleh penelitian yang sama yang diterbitkan dalam Clinical Cases in Mineral and Bone Metabolism. Dalam penelitian tersebut, dijelaskan bahwa selain berwarna jernih, air minum yang sehat adalah yang tidak berbau dan berasa.
Biasanya alkali dan tingkat keasamanlah yang menjadi salah satu fakor yang memengaruhi rasa air. Pasalnya, selain membantu mengatur kandungan mineral alami air, tingkat pH juga bisa memengaruhi rasa. Untuk itu, pilihlah air kemasan yang memiliki tingkat pH ideal antara 6,5 sampai 7,5.

5. Cek kemasannya

Terakhir, poin penting lainnya yang juga tak boleh diabaikan saat membeli air minum ialah memeriksa kemasannya. Kemasan menjadi salah satu tanda penting bahwa produk yang Anda beli masih terjamin keasliannya.
Jamin kemurnian air minum dalam kemasan dengan mencocokkan kode produksi di tutup dan badan botol.
Mulai sekarang, pertimbangkan lima hal penting di atas agar Anda bisa mendapat manfaat terbaik dari air minum dalam kemasan yang dibeli.
Apa itu hipertensi (darah tinggi)?

Apa itu hipertensi (darah tinggi)?

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)


Definisi

Apa itu hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Hipertensi adalah nama lain dari tekanan darah tinggi. Tekanan darah itu sendiri adalah kekuatan aliran darah dari jantung yang mendorong dinding pembuluh darah (arteri). Kekuatan tekanan darah ini bisa berubah dari waktu ke waktu, dipengaruhi oleh aktivitas apa yang sedang dilakukan jantung (misalnya sedang berolahraga atau dalam keadaan normal/istirahat) dan daya tahan pembuluh darahnya.
Hipertensi adalah kondisi di mana tekanan darah lebih tinggi dari 140/90 milimeter merkuri (mmHG). Angka 140 mmHG merujuk pada bacaan sistolik, ketika jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sementara itu, angka 90 mmHG mengacu pada bacaan diastolik, ketika jantung dalam keadaan rileks sembari mengisi ulang bilik-biliknya dengan darah.
Perlu diketahui bahwa tekanan sistolik adalah tekanan maksimal karena jantung berkontraksi, sementara tekanan diastolik adalah tekanan terendah di antara kontraksi (jantung beristirahat).
Hipertensi adalah salah satu penyakit yang sering disebut dengan “pembunuh diam-diam” karena penyakit ini tidak menyebabkan gejala jangka panjang. Namun, penyakit ini mungkin mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa layaknya penyakit jantung.
Jika tidak terdeteksi dini dan terobati tepat waktu, hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi serius penyakit jantung koronergagal jantungstrokegagal ginjal, kebutaan, diabetes, dan banyak penyakit berbahaya lainnya. Stroke (51%) dan penyakit jantung koroner (45%) merupakan penyebab kematian akibat hipertensi tertinggi di Indonesia.

Berapa seharusnya tekanan darah normal?

Memahami angka tekanan darah normal tidaklah mudah, terutama dengan istilah seperti “sistolik”, “diastolik”, dan “milimeter merkuri” (mmHg). Namun, jika Anda ingin menjaga tekanan darah tetap terkontrol, penting untuk mengetahui apa yang dianggap normal, dan kapan tekanan darah dikatakan terlalu tinggi alias hipertensi.
Tekanan darah normal berkisar di angka 120/80 mmHG. Saat angka sistolik dan diastolik berada di kisaran ini, maka Anda dapat disebut memiliki tekanan darah normal. Seseorang baru disebut memiliki darah tinggi atau mengidap hipertensi jika hasil pembacaan tekanan darah menunjukkan 140/90 mmHG. Tekanan darah yang terlalu tinggi akan mengganggu sirkulasi darah.
Namun begitu, memiliki tekanan darah normal bukan berarti Anda bisa bersantai. Saat angka sistolik Anda berada di antara 120-139, atau jika angka diastolik (angka bawah) berkisar di 80-89, ini artinya Anda memiliki “prehipertensi”. Meskipun angka ini belum bisa dianggap hipertensi, tetap saja ini di atas angka normal. Orang-orang yang sehat juga dianjurkan untuk melakukan langkah pencegahan untuk menjaga agar tekanan darah tetap berada di kisaran normal, sekaligus menghindari risiko hipertensi dan penyakit jantung.
Apabila pembacaan tekanan darah Anda berada di atas 180/110 mmHg, atau jika memiliki tekanan sistolik ATAU diastolik yang lebih tinggi dari angka ini, Anda berisiko menghadapi masalah kesehatan yang sangat serius. Angka ini menunjukkan kondisi yang disebut krisis hipertensi.
Jika tekanan darah Anda sampai setinggi ini, dokter biasanya akan mengukur kembali setelah beberapa menit. Jika masih sama tingginya, Anda akan segera diberi obat darah tinggi darurat.

Seberapa umumkah hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Hampir semua orang dapat mengalami tekanan darah tinggi. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut angkanya saat ini terus meningkat secara global. Peningkatan orang-orang dewasa di seluruh dunia yang akan mengidap hipertensi diprediksi melonjak hingga 29 persen pada tahun 2025.
Peningkatan kasus hipertensi juga terjadi di Indonesia. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) milik Kemenkes RI tahun 2013 menunjukkan bahwa 25,8 persen penduduk Indonesia memiliki tekanan darah tinggi.
Laporan Survei Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) menunjukkan angka pengidapnya meningkat jadi 32,4 persen. Ini artinya ada peningkatan sekitar tujuh persen dari tahun-tahun sebelumnya. Angka pasti di dunia nyata mungkin bisa lebih tinggi dari ini karena banyak orang yang tidak menyadari mereka memiliki tekanan darah tinggi.

Ciri-ciri & gejala

Apa saja ciri-ciri dan gejala hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Seseorang yang memiliki tensi darah tinggi biasanya tidak menunjukkan ciri apa pun atau hanya mengalami gejala ringan.
Namun secara umum, gejala hipertensi adalah:
  • Sakit kepala parah
  • Pusing
  • Penglihatan buram
  • Mual
  • Telinga berdenging
  • Kebingungan
  • Detak jantung tak teratur
  • Kelelahan
  • Nyeri dada
  • Sulit bernapas
  • Darah dalam urin
  • Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga
Mungkin masih ada gejala lain yang tidak tercantum di atas. Konsultasikan kepada dokter untuk informasi lebih lengkap.

Kapan saya harus periksa ke dokter?

Hubungi dokter secepatnya jika:
  • Tekanan darah lebih tinggi dari biasanya (lebih dari 120/80 mm Hg)
  • Mimisan, sakit kepala, atau pusing
  • Menderita efek samping setelah minum obat darah tinggi
Karena hipertensi adalah penyakit tersembunyi dan sulit terdeteksi, Anda perlu memeriksakan tekanan darah Anda secara teratur bila Anda berisiko terkena tekanan darah tinggi. Cari pertolongan medis segera atau perawatan rumah sakit jika Anda menyadari adanya tanda atau gejala abnormalitas.
Jika sakit kepala parah muncul dibarengi dengan mimisan, ini merupakan tanda dan gejala krisis hipertensi, sebuah kondisi gawat darurat. Segera hubungi 118 atau 021-65303118/65302940 (khusus untuk DKI Jakarta).

Penyebab

Apa penyebab hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Hipertensi yang penyebabnya tidak jelas disebut hipertensi primer. Tapi tekanan darah tinggi juga bisa disebabkan oleh gaya hidup dan pola makan yang buruk.
Ambil contoh, merokok. Merokok satu batang saja dapat menyebabkan lonjakan langsung dalam tekanan darah dan dapat meningkatkan kadar tekanan darah sistolik sebanyak 4 mmHG. Nikotin dalam produk tembakau memacu sistem saraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan pembuluh darah dan berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.
Kebanyakan makan makanan asin, yang mengandung natrium (makanan olahan, makanan kalengan, fast food), dan makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan juga dapat meningkatkan kolesterol dan/atau tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi juga bisa muncul sebagai efek samping obat gagal ginjal dan perawatan penyakit jantung. Kondisi ini disebut hipertensi sekunder. Pil KB atau obat flu yang dijual di toko obat juga bisa menyebabkan tekanan darah tinggi. Wanita hamil atau yang menggunakan terapi pengganti hormon mungkin juga mengalami tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi karena obat mungkin menjadi normal setelah berhenti minum obat, tapi dalam beberapa kasus, tekanan darah masih meningkat selama beberapa minggu setelah menghentikan penggunaan obat. Anda harus bertanya kepada dokter jika tekanan darah abnormal terus terjadi.
Anak di bawah 10 tahun sering kali mengalami tekanan darah tinggi karena penyakit lain, misalnya penyakit ginjal. Dalam kasus tersebut, tekanan darah anak akan kembali normal setelah mengonsumsi obat darah tinggi.

Faktor-faktor risiko

Siapa yang berisiko terkena hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2013, lebih dari 25% penduduk Indonesia yang berusia di atas 18 tahun menderita tekanan darah tinggi maupun prehipertensi.
Sebagian besar kasus tekanan darah tinggi pada remaja diklasifikasikan sebagai hipertensi primer. Seperti orang dewasa, penyebab hipertensi primer tidak sepenuhnya dipahami. Beberapa remaja tampak mewarisi kecenderungan terkena tekanan darah tinggi dari orangtua mereka, sementara yang lain menjadi korban gaya hidup buruk, yang mengakibatkan obesitas dan bentuk tubuh tidak ideal yang istilahnya disebut dokter sebagai “menurunnya kebugaran kardiovaskular”.
Pada beberapa kasus, hipertensi pada remaja didasari oleh kondisi medis tertentu yang sudah lebih dulu diidapnya, seperti penyakit jantung maupun ginjal.
Namun secara umum, beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang terkena hipertensi adalah:
  • Kelelahan
  • Diabetes
  • Asam urat
  • Obesitas
  • Kolesterol tinggi
  • Penyakit ginjal
  • Kecanduan alkohol
  • Wanita yang menggunakan pil KB
  • Orang yang memiliki orangtua atau kakek nenek dengan tekanan darah tinggi.
Tidak memiliki faktor risiko bukan berarti Anda tidak akan kena hipertensi. Faktor ini hanya sebagai referensi. Konsultasikanlah kepada dokter untuk detail lebih lanjut.
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Apakah tekanan darah tinggi bisa disembuhkan?

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi permanen di mana tekanan darah terus menerus tinggi atau lebih dari 140/90 mmHg. Anda tidak bisa merasakan hipertensi. Banyak orang yang bahkan tidak tahu mereka memiliki darah tinggi. Hipertensi bisa muncul tanpa gejala fisik, yang diam-diam merusak pembuluh darah dan menyebabkan ancaman kesehatan yang serius.
Pasalnya hipertensi bukanlah penyakit yang berdiri sendiri, melainkan suatu sindrom atau kumpulan gejala penyakit di dalam tubuh. Hipertensi bisa disebabkan oleh penyakit lain, seperti penyakit jantung atau penyakit ginjal. Jika tekanan darah tinggi Anda disebabkan oleh penyakit lain yang mendasarinya, hipertensi bisa disembuhkan dengan cara mengobati akar penyebabnya — jika penyakit mendasarnya memang mungkin untuk disembuhkan.
Akan tetapi, sebagian besar kasus tekanan darah tinggi (sekitar 85% sampai 90%) di dunia tergolong hipertensi primer. Pada sebagian besar kasus, kondisi hipertensi primer yang diderita oleh hampir kebanyakan orang dipengaruhi oleh keturunan (genetik) atau gaya hidup/lingkungan yang tidak sehat.
Pada beberapa kasus, penyebab hipertensi primer tidak dapat ditentukan. Hipertensi jenis ini tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dikendalikan dengan obat darah tinggi.
Dengan demikian, bila tekanan darah turun, bukan berarti Anda sembuh total dari hipertensi. Anda masih memiliki potensi risiko komplikasi penyakit yang disebabkan oleh hipertensi apabila gejalanya tidak dikelola dan tekanan darah kembali naik.

Obat & diagnosis

Apa saja obat darah tinggi yang sering digunakan?

Pengobatan hipertensi penting untuk mengurangi risiko kematian karena penyakit jantung.
Beberapa obat yang sering diresepkan dokter untuk mengatasi hipertensi adalah:
Obat darah tinggi pun harus dikonsumsi rutin dan tepat dosis untuk manfaatnya bisa dirasakan.

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk diagnosis tekanan darah tinggi (hipertensi)?

Hipertensi didiagnosis melalui teknik tes tekanan darah. Inspeksi teknik akan dilakukan beberapa kali untuk memastikan hasil yang akurat. Jika tekanan darah Anda tinggi, dokter mungkin meminta Anda untuk memeriksa kembali dan melacaknya berulang kali secara berkala.
Bila tekanan darah Anda lebih dari 140/90 mmHg dalam pemeriksaan biasa, dokter akan mendiagnosis Anda mengidap tekanan darah tinggi. Jika Anda menderita penyakit kronis, misalnya diabetes atau penyakit ginjal, dan tekanan darah lebih 130/80 mm Hg, Anda juga terdiagnosis hipertensi.
Dokter akan meminta Anda untuk berbaring terlentang untuk mengukur tekanan darah Anda. Tekanan darah akan lebih rendah pada anak-anak daripada orang dewasa dan akan meningkat secara bertahap seiring bertumbuhnya anak. Anda perlu bertanya kepada dokter untuk mengetahui lebih jelas tentang tekanan darah yang normal.
Perlu dipahami juga bahwa hasil bacaan tekanan darah di dokter dan di rumah bisa berbeda. Pasalnya, jika Anda merasa gugup setiap berada di rumah sakit atau di tempat praktik dokter, tekanan darah Anda dapat naik pada setiap kunjungan sehingga hasil yang terlihat dari pemeriksaan dokter pun bahwa tekanan darah Anda umumnya tinggi. Fenomena ini disebut juga “white coat hypertension”. Karena itu, dokter mungkin ingin mengukur tekanan darah Anda lebih dari satu kali dan jauh dari ruang praktik. Ini akan membantu menentukan apakah Anda hanya memiliki white coat hypertension atau Anda benar-benar memiliki tekanan darah tinggi.
Jika Anda memiliki white coat hypertension, kemungkinan risiko tekanan darah tinggi Anda bisa terus meningkat di masa depan. Oleh karena itu, penting untuk memeriksa tekanan darah oleh dokter atau ahli kesehatan lain setidaknya setiap enam sampai 12 bulan. Ini akan memberi Anda banyak waktu untuk membuat perubahan gaya hidup yang mungkin bisa membantu.

Pengobatan di rumah

Apa saja perubahan gaya hidup yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertensi (tekanan darah tinggi)?

Dilansir dari rilis media yang diunggah pada laman PD PERSI, dikatakan bahwa penurunan tekanan darah hingga 2 mmHg bisa mengurangi 7 persen risiko kematian akibat serangan jantung dan 10% risiko kematian akibat stroke.
Di sisi lain, gejala hipertensi tak melulu harus ditangani dengan obat-obatan medis. Di samping konsumsi obat-obatan, Anda juga harus melakukan perubahan gaya hidup postif. Beberapa perubahan gaya hidup postif yang bisa Anda lakukan untuk membantu mengatasi hipertensi adalah:
  • Diet seimbang dan rendah garam
  • Olahraga teratur
  • Tidak merokok dan tidak minum alkohol
  • Berusaha menurunkan berat badan jika Anda mengalami obesitas
Berbagai cara yang sudah disebutkan di atas banyak membantu menurunkan tekanan darah agar tekanan darah normal selalu — sekaligus menekan risiko Anda terhadap komplikasi risiko penyakit lain akibat hipertensi, seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal. Itu artinya, mengelola tekanan darah adalah komitmen seumur hidup.
Anda juga bisa melakukan menurunkan tekanan darah tinggi secara alami. Misalnya dengan belajar teknik pernapasan dalam yang benar dan relaksasi otot. Kedua hal tersebut dapat membantu menghilangkan stres yang mungkin muncul sebagai efek samping dari hipertensi. Terlebih, stres emosional memengaruhi tekanan darah Anda.
Jadi belajarlah untuk memilah-milih prioritas hidup dan menjauhi diri dari pemicu stres sebagai upaya dampingan yang sama penting untuk mengelola tekanan darah Anda.
Memang benar bahwa kombinasi resep obat dan perubahan gaya hidup sehat dapat membantu Anda mencegah mengalami peningkatan tekanan darah. Namun, Anda juga harus rutin memeriksakan tekanan darah secara berkala dan mengikuti rencana perawatan dokter untuk dapat mengawasi dan mengendalikan kondisi kesehatan Anda.
Semakin Anda bertambah tua, tindakan pencegahan menjadi lebih penting. Tekanan sistolik biasanya akan pelan-pelan naik setelah Anda mencapai usia 50 tahun. Tetaplah jaga berat badan agar ideal, yang dapat dicapai dengan pola makan sehat dan olahraga. Memiliki berat badan sehat akan mengurangi peluang Anda terkena hipertensi.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
ANTASIDA DOEN 10 TABLET

ANTASIDA DOEN 10 TABLET

ANTASIDA DOEN 10 TABLET
Indikasi Umum
Obat sakit maag untuk mengurangi nyeri lambung yang disebabkan oleh kelebihan asam lambung dengan gejala seperti mual dan perih
Deskripsi
ANTASIDA DOEN merupakan tablet kunyah dengan kandungan Alumunium Hydroxide dan Magnesium Hydroxide. Obat ini digunakan untuk mengatasi maag dengan gejala nyeri ulu hati, sering bersendawa, dan perut kembung.
Komposisi
Alumunium Hydroxide 200 mg, Magnesium Hydroxide 200 mg
Dosis
Dewasa : 1-2 tablet, 3-4 kali per hari. Anak (6-12 tahun) : 1/2-1 tablet, 3-4 kali per hari.
Aturan Pakai
Sebaiknya diberikan pada saat perut kosong: Berikan 1-2 jam setelah makan dan sebelum tidur. Kunyah tab dgn baik sblm ditelan.
Kemasan
Dus, 10 Strip @ 10 Tablet
Kontra Indikasi
Disfungsi ginjal berat, hipersensitif
Perhatian
Pasien yg sedang menjalani diet rendah fosfor. Jangan digunakan selama >2 minggu. Anak <6 thn.
Segmentasi
Green
Manufaktur
Molex Ayus Pharmaceutical
LARUTAN CAP BADAK KALENG RASA MELON

LARUTAN CAP BADAK KALENG RASA MELON

LARUTAN CAP BADAK KALENG RASA MELON
Indikasi Umum
Membantu meredakan panas dalam, demam, pilek, mencegah sariawan, meredakan tenggorokan kering, menyegarkan badan, susah buang air besar
Komposisi
Gypsum fibrosum 3,25% , galcareous spar 0,125% , bahan-bahan lainnya sampai 100%
Dosis
Orang dewasa : Diminum 3 kali sehari 1/2 sampai 1 kaleng. Anak-anak : Diminum 3 kali sehari 1/4 sampai 1/2 kaleng. Untuk selanjutnya : Orang dewasa minum 1 kali sehari 1 kaleng. Anak-anak minum 1 kali sehari 1/2 kaleng.
Aturan Pakai
Sebelum / sesudah makan
Kemasan
Kaleng 320 ml X 1
Segmentasi
Consumer Goods
Manufaktur
Kino group

SEMOGA BERMANFAAT MAS BRO...
/*Nav Menu*/ #top-BD{background:#333;box-shadow:0 1px 3px rgba(0,0,0,0.4);height:48px;width:100%;min-width:970px;position:fixed;top:0;left:0;z-index:9999;overflow:hidden;border-bottom:1px solid #000} #top-BD ul{margin:0 auto;width:970px;list-style-type:none;height:30px} #top-BD ul li{float:left} #top-BD ul li a{position:relative;line-height:28px;border:1px solid;padding:10px 5px;color:#aaa;font-size:13px;text-shadow:0 -1px 0 #000;display:block;text-decoration:none;font-weight:700;text-transform:uppercase;font-family:Geneva,Arial,Helvetica,sans-serif} #top-BD ul li a:hover{color:#fff;border-top:3px solid #aaa} .BDsosial a{display:block;height:50px;width:50px;padding:0 4px;float:right;background:url(https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjpopjiBozmfIJAIQVfPBCggvIvqvYO8KDXz_QTyOXWMrX2ig7AwyNE07m4yR9hKLrZRbAjudDn0cLidmVOXh0xPiQjxJ22usXV5ehlSBbzgRX8611_eUg_M66AbRyA-2gt0Us9MKR9zTA/s1600/Sharing+buttons.png) no-repeat transparent;-webkit-transition:ease-in 0.2s all;-moz-transition:ease-in 0.2s all;transition:all 0.2s ease-in;cursor:pointer} .BDsosial a.googleplus{background-position:0 -58px} .BDsosial a.googleplus:hover{background-position:0 0} .BDsosial a.twitter{background-position:0 -290px} .BDsosial a.twitter:hover{background-position:0 -232px} .BDsosial a.facebook{background-position:0 -406px} .BDsosial a.facebook:hover{background-position:0 -348px} .BDsosial a.rss{background-position:0 -174px} .BDsosial a.rss:hover{background-position:0 -116px}