AYO KONSULTASI ONLINE SEPUTAR KESEHATAN

Buat Janji Mudah dan Cepat

Tampilkan postingan dengan label Fakta Unik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fakta Unik. Tampilkan semua postingan
Hindari 5 Kebiasaan Buruk ini Saat Dilanda Stres

Hindari 5 Kebiasaan Buruk ini Saat Dilanda Stres


Hindari 5 Kebiasaan Buruk ini Saat Dilanda Stres

Tanpa Anda sadari, ada beberapa kebiasaan yang bisa membuat stres yang Anda alami terasa semakin buruk. Anda tentu tak ingin pikiran yang sudah penat bertambah buruk. Itu sebabnya, Anda harus menghindari kebiasaan-kebiasaan tersebut agar stres yang Anda alami tak semakin buruk. Apa saja? 

Berbagai kebiasaan yang harus dihindari karena membuat stres

Beberapa kebiasaan yang Anda lakukan dan beberapa pemikiran ternyata bisa membuat hormon kortisol meningkat, hingga akhirnya Anda stres. Beberapa kebiasaan yang harus Anda hindari tersebut, antara lain: 

1. Sering melamun

manfaat bengong
Semua orang tentu memiliki alasan masing-masing di balik stres yang mereka alami. Entah itu masalah pekerjaan, keluarga, atau percintaan. 
Tidak jarang, kondisi stres yang sedang Anda derita justru membuat Anda lebih sering memikirkan masalah tersebut. Misalnya, terus saja memikirkan mengapa hal itu terjadi.
Mencari solusi untuk sebuah masalah memang baik, tetapi terlalu sering memikirkannya mengapa itu terjadi, bahkan secara berlebihan, juga bisa berdampak negatif terhadap hidup Anda. Apalagi, ketika Anda hanya merenungi nasib dan menyalahkan diri sendiri. 
Terus merenungkan kesalahan Anda merupakan salah satu kebiasaan yang bisa membuat stres semakin parah. Akibatnya, Anda kurang memperhatikan kualitas hidup dan secara perlahan merusak hidup Anda sendiri.
Oleh karena itu, cobalah untuk tidak terlalu sering melamun ketika sedang stres. Usahakan untuk lebih fokus terhadap solusi dari masalah tersebut dibandingkan memikirkan bagaimana hal tersebut dapat terjadi. 

2. Kebiasaan tidur yang buruk

cepat tidur cepat bangun
Menurut sebuah penelitian pada tahun 2012 dalam jurnal Experimental Neurobiology, kebiasaan tidur yang buruk juga bisa membuat hormon stres Anda ikut melonjak. 
Kondisi ini biasanya hanya bersifat sementara dan berlangsung beberapa hari saja. Akan tetapi, jika Anda sering melakukan kebiasaan tersebut tentu akan menyebabkan efek berkepanjangan. 
Kurang tidur adalah kebiasaan yang bisa membuat stres yang Anda rasakan semakin buruk. Pada saat Anda tidak mendapatkan jatah tidur yang cukup, fungsi kognitif (kecerdasan) Anda akan menurun dan membuat pikiran Anda menjadi stres. 
Agar hal ini tak terus-terusan terjadi, ada beberapa rutinitas sebelum tidur yang bisa Anda lakukan agar bisa tidur nyenyak dan tepat waktu, seperti:
  • Hindari kebiasaan menonton televisi atau menggunakan alat elektronik sebelum tidur. 
  • Tidur dan bangun pada jam yang sama setiap hari. 
  • Mematikan lampu atau memakai penerangan yang redup agar Anda mendapatkan kualitas tidur yang baik
Dengan begitu, setidaknya Anda sudah mencoret satu kondisi yang bisa memperparah stres.  

3. Sering makan makanan cepat saji

makanan cepat saji
Seperti yang dilansir dari laman Harvard Health Publishing, orang yang sedang stres biasanya merespons peningkatan hormon kortisol ini dengan makan lebih banyak. Hal tersebut mungkin dikarenakan kadar kortisol yang tinggi memengaruhi sensasi lapar pada tubuh. 
Akibatnya, orang yang stres akan mencoba mengatasinya dengan makan, terutama makanan cepat saji yang membuat Anda berisiko memiliki berat badan berlebih.
Oleh karena itu, sangat disarankan untuk menghindari kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji saat stres. Selain membuat Anda semakin stres, kebiasaan yang satu ini juga menambah daftar risiko penyakit Anda di masa depan. 

4. Berada di hubungan yang tidak sehat

sikap pria saat putus cinta
Arti hubungan di sini sebenarnya tidak hanya percintaan saja, melainkan juga pertemanan, keluarga, dan rekan kerja. Hubungan dan lingkaran pertemanan yang bisa diandalkan mungkin dapat mengurangi beban stres Anda. 
Beberapa orang mungkin akan mencari teman atau orang lain dalam sebuah hubungan ketika dilanda stres. Hal ini karena mereka butuh dukungan untuk melewati masalah yang sedang dialami. 
Jika memang stres yang Anda rasakan justru berasal dari hubungan apa pun yang sedang Anda jalani saat ini, mungkin Anda harus menjauh sejenak. Cobalah pikirkan ulang mengenai hubungan tersebut. Berada di hubungan toxic akan berdampak buruk pada kesehatan mental Anda. 
Jika hubungan tersebut sangat berarti, cobalah untuk menjaga hubungan Anda tetap sehat dan tidak membebani Anda. 

5. Mengabaikan stres

brain fog banyak pikiran di kantor
Mengabaikan stres adalah salah satu kebiasaan yang harus Anda hindari karena membuat stress yang Anda rasakan semakin memburuk. 
Orang-orang yang tidak mengatasi masalah mereka dengan baik biasanya cenderung kewalahan dalam menghadapi stres mereka. Selain itu, kebiasaan ini tidak jarang membuat mereka mengambil keputusan yang kurang baik. 
Langkah pertama dalam mengelola stres Anda adalah menyadarinya. Barulah setelahnya Anda mencari tahu penyebab utama munculnya stres tersebut, mencari solusi, dan mengatasinya secara perlahan. 
Apabila Anda merasa stres mengambil alih kehidupan Anda, cobalah untuk mencari tahu bagaimana mengelola stres dengan baik. Jika masih ragu dan bingung, Anda dapat berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mendapatkan bantuan yang lebih baik. 
Rekomendasi Obat Jerawat Terbaik di Apotek dan dari Resep Dokter

Rekomendasi Obat Jerawat Terbaik di Apotek dan dari Resep Dokter

Jerawat tidak bisa diobati sembarangan. Setiap obat mungkin punya cara kerja yang berbeda untuk menghilangkan jerawat. Jenis obat yang Anda perlukan mungkin berbeda dengan yang dibutuhkan orang sebelah, karena jenis jerawat Anda dan dirinya mungkin juga berbeda. Namun, mana obat jerawat yang paling ampuh?

Rekomendasi Obat Jerawat Terbaik di Apotek dan dari Resep Dokter

Pilihan obat jerawat medis nonresep di apotek

Obat jerawat medis yang dapat dibeli tanpa resep cocok untuk mengobati jenis jerawat ringan seperti komedo (whitehead dan blackhead) dan jerawat sedang. Obat jerawat nonresep rata-rata termasuk jenis topikal (obat oles) yang tersedia dalam bentuk krim, busa, sabun, gel, losion, atau salep.
Berikut adalah obat nonresep yang paling umum dipakai untuk mengobati jerawat:
Benzoil peroksida
Benzoil peroksida ampuh untuk Anda yang memiliki jerawat ringan hingga sedang. Jerawat yang merah meradang juga dapat diatasi dengan benzoil peroksida.
Benzoil peroksida menghilangkan jerawat dengan cara membunuh bakteri penyebab jerawat dan mencegah sel kulit mati untuk menyumbat pori-pori.
Obat yang mengandung benzoil peroksida tersedia dalam bentuk krim, lotion, sabun cuci muka, dan gel  dalam konsentrasi 2,5-10 persen. Biasanya, efek obat akan memakan waktu paling cepat 4 minggu untuk memperlihatkan hasil paling optimalnya.
Meski cukup efektif untuk mengobati jerawat, perhatikan juga risiko efek samping dari penggunaan benzoil peroksida. Bahan kimia ini dapat membuat kulit kering kemerahan dan terasa panas, khususnya bagi pemilik kulit sensitif.
Hati-hati juga saat memakai obat yang mengandung benzoil peroksida, karena dapat menodai rambut dan pakaian.

Asam salisilat

Asam salisilat adalah obat jerawat yang paling umum. Masalah kulit yang kasar akibat komedo atau jerawat pasir yang berukuran kecil-kecil juga dapat diobati dengan asam salisilat. Asam salilisat dapat membantu mempercepat proses pembentukan sel kulit baru.
Selain itu, obat ini direkomendasikan untuk membersihkan pori-pori sehingga tidak tersumbat dan menyebabkan jerawat maupun komedo di kemudian hari. Bedanya dengan benzoyl peroxide, asam salisilat tidak memengaruhi produksi sebum dan tidak membunuh bakteri.
Asam salisilat tersedia dalam berbagai bentuk produk seperti lotion, krim, dan cairan pembersih wajah dengan konsentrasi antara 0,5-5 persen. Obat ini perlu digunakan rutin secara berkelanjutan agar tidak merangsang komedo dan jerawat muncul kembali.
Efek samping yang bisa terjadi dari penggunaan obat ini antara lain iritasi kulit seperti gatal-gatal, kulit merah dan kulit kering.
Efek samping lainnya yang dapat terjadi berupa reaksi alergi, seperti:
  • Sulit bernapas, kulit kering dan terkelupas
  • Pingsan
  • Mata, muka, bibir, atau lidah bengkak
  • Tenggorokan tebal
  • Kulit panas
Ibu hamil, ibu menyusui, dan anak-anak sebaiknya konsultasi terlebih sebelum menggunakan obat yang mengandung asam salisilat.

Sulfur dan resorcinol

Pada beberapa obat jerawat, kandungan sulfur biasanya ditemukan bersama resorcinol. Keduanya memiliki cara kerja berbeda, yang jika digabungkan bisa efektif dalam mengobati jerawat.
Sulfur mengobati jerawat dengan cara mengurangi produksi minyak berlebih dan membersihkan pori-pori yang tersumbat. Sementara itu, resorcinol membantu mencegah timbulnya komedo di kemudian hari dengan cara menghilangkan sel-sel kulit mati.
Obat jerawat yang mengandung dua kombinasi zat ini biasanya terseda dalam bentuk krim, losion, sabun, sampo, cairan, atau jel dengan takaran dosis 2% sulfur dan 5-8% resorcinol.
Penting dipahami bahwa pnggunaan sulfur dan resorcinol dapat menimbulkan efek samping berupa iritasi kulit, terutama jika kulit Anda sensitif. Efek samping iritasi biasanya dapat mereda seiring proses tubuh Anda menyesuaikan diri dengan obatnya.
Namun, jika iritasi kulit terus berlanjut dan sampai mengganggu atau bertambah parah menjadi makin kering, kemerahan dan mengelupas setelah beberapa hari, sebaiknya konsultasikan ke dokter lebih lanjut.

Daftar obat jerawat oles (topikal) yang biasa diresepkan dokter

Jika jerawat Anda tidak kunjung sembuh atau bahkan memburukk setelah menggunakan obat nonresep, ini tandanya masalah kulit Anda perlu penanganan khusus dari dokter kulit (dermatologis). Jerawat taraf parah, seperti nodul atau jerawat batu (jerawat kistik), juga biasa membutuhkan obat khusus dari dokter.
Untuk kasus jerawat parah, obat yang diberikan dokter rata-rata berbentuk oles dalam dosis lebih kuat atau bisa juga obat minum (oral).
Berikut ini adalah beberapa obat jerawat yang biasanya diresepkan oleh dokter kulit.

Tretinoin

Tretinoin adalah turunan dari asam retinoat atau vitamin A. Tretinoin sampai saat ini masih populer diresepkan dokter kulit di Indonesia sebagai obat pilihan utama dokter kulit untuk menangani jerawat dan bekas jerawat.
Tretinoin umum diresepkan dengan konsentrasi 0,025 persen. Tretinoin bekerja menghilangkan jerawat dengan membuka pori-pori yang tersumbat oleh kotoran atau bakteri. Di saat yang bersamaan, obat ini juga merangsang pengelupasan sel kulit mati untuk digantikan dengan sel kulit baru yang sehat.
Namun, perlu dipahami bahwa dalam beberapa minggu pertama setelah menggunakan tretinoin, jerawat Anda mungkin terlihat lebih buruk. Ini adalah reaksi normal yang disebut purging untuk membersihkan “tunas-tunas” jerawat yang masih di dalam. Biasanya, efek obat akan terlihat paling cepat 8-12 minggu setelah pemakaian rutin.
Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan tretinoin, antara lain:
  • Rasa panas, hangat, menusuk-nusuk
  • Kesemutan
  • Gatal-gatal
  • Kemerahan
  • Bengkak
  • Kulit kering
  • Kulit terkelupas
  • Iritasi, atau warna kulit berubah
Sebelum Anda menggunakan tretinoin, beri tahu dokter apabila Anda memiliki eksim. Obat ini dapat membuat kulit Anda jadi lebih sensitif jika terpapar matahari. Maka, penggunaan obat tretinoin sangat disarankan untuk dilakukan di malam hari.
Selain itu, pemakaian tretinoin pada beberapa kasus dapat menimbulkan reaksi alergi berupa gatal-gatal, sulit bernapas, bengkak pada wajah, bibir, lidah, atau tenggorokan. Beri tahu dokter jika Anda memiliki alergi terhadap obat tertentu, termasuk vitamin A dan segala turunan dari vitamin A.

Antibiotik topikal

Antibiotik topikal adalah jenis obat yang dioleskan langsung pada jerawat. Antibiotk bekerja membunuh bakteri yang menyebabkan jerawat dan menghentikan peradangan kulit.
Dokter biasanya akan meresepkan antibiotik topikal untuk menghindari beberapa efek samping yang mungkin terjadi akibat konsumsi antibiotik oral.
Antibiotik topikal yang paling umum digunakan untuk pengobatan jerawat adalah eritromisin, yang merupakan antibiotik makrolid, dan clindamycin, yang merupakan turunan lincosamide. Antibiotik topikal clindamycin yang digunakan bersama benzoil peroksida dapat mengurangi risiko kejadian resistensi bakteri.
Meski begitu, antibiotik topikal biasanya butuh waktu kerja lebih lama untuk menghilangkan jerawat daripada obat yang dimininum.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi dalam penggunaan antibiotik topikal di antaranya iritasi atau alergi.

Vitamin A

American Academy of Dermatology (AAD) menganjurkan retinol (retinoid) topikal untuk membantu mengobati dan mencegah jenis jerawat yang meradang.
Retinol merupakan produk turunan dari vitamin A yang mengandung antioksidan untuk melawan radikal bebas penyebab kerusakan sel.
Retinol dapat membantu mengobati jerawat dengan mengurangi peradangan, meningkatkan pertumbuhan sel kulit baru, dan mengurangi produksi sebum atau minyak berlebih. Lebih lanjut, penggunaan rutin dari retinol dapat membantu menghaluskan kulit dan meratakan warna kulit.
Meski begitu, perlu dipahami bahwa obat jerawat yang mengandung retinoid dapat menimbulkan efek samping berupa iritasi kulit kemerahan, dan bahkan mengelupas. Maka dari itu, penggunaan retinoid sangat dianjurkan secara bertahap.
Jangan lupa gunakan tabir surya setelahnya karena retinol dapat membuat kulit sensitif terhadap paparan sinar matahari.

Asam azelaic

Asam azelaic diresepkan untuk mengobati jerawat ringan hingga sedang, serta rosacea. Asam azelaic juga dapat ditemukan di beberapa obat jerawat OTC, tetapi dalam konsentrasi yang lebih rendah.
Asam azelaic membantu membersihkan pori-pori, dan meredakan jerawat yang disebabkan bakteri.
Bentuk kesediaan obat dengan asam azelaic adalah gel, lotion, dan krim.
Beberapa efek samping yang dapat ditimbulkan asam azelaic antara lain:
  • Gatal
  • Terbakar
  • Kemerahan
  • Kulit kering atau terkelupas

Daftar obat jerawat minum (oral) yang diresepkan resep dokter

Apabila perawatan topikal tidak juga membuat jerawat Anda sembuh, atau jika jerawat Anda cukup parah atau menyebar, dokter bisa meresepkan obat-obatan oral.
Dalam beberapa kasus jerawat, obat-obatan oral hanya dikonsumsi dalam jangka waktu yang pendek, dan kemudian Anda akan diresepkan dengan obat-obatan topikal.
Berikut ini adalah beragam obat jerawat oral yang biasa diresepkan oleh dokter.

Antibiotik oral

Antibiotik oral telah digunakan untuk mengobati jerawat selama bertahun-tahun. Antibiotik oral biasanya digunakan untuk mengobati jerawat sedang hingga berat, atau jerawat persisten.
Seperti antibiotik topikal, antibiotik oral bekerja dengan mengurangi bakteri penyebab jerawat. Antibiotik oral juga membantu mengurangi peradangan pada kulit.
Antibiotik oral paling efektif membunuh jerawat ketika digunakan bersama dengan obat jerawat topikal, seperti retinoid topikal, benzoil peroksida, atau pengobatan topikal lain.
Seringkali pengobatan antibiotik oral dimulai dari dosis tinggi dan kemudian berpindah ke dosis yang lebih rendah seiring membaiknya jerawat.
Antibiotik oral yang paling umum diresepkan untuk perawatan jerawat adalah:
  • Eritromisin
  • Tetrasiklin
  • Minocycline
  • Doksisiklin

Isotretinoin

Isotretinoin diresepkan untuk mengobati jerawat yang parah dan jerawat yang sudah tidak merespons pengobatan lainnya, hingga menyebabkan wajah memerah dan nyeri akibat kondisi kulit yang meradang.
Obat ini sangat efektif untuk mengusir jerawat. Tak hanya itu, isotretinoin juga berguna mengurangi jumlah minyak pada wajah yang dihasilkan.
Sebelum menggunakan obat ini disarankan untuk konsultasi ke dokter terlebih dahulu karena efek samping yang terjadi dapat berupa kolitis ulserativa atau penyakit autoimun pada usus, depresi hingga menimbulkan keinginan bunuh diri, dan cacat lahir jika digunakan oleh ibu hamil.
Efek samping lain yang bisa ditimbulkan, seperti:
  • Alergi
  • Gatal-gatal
  • Kesulitan bernapas
  • Pembengkakan di wajah, bibir, lidah dan tenggorokan.
  • Merasa lemah dan mati rasa
  • Kejang-kejang
  • Munculnya masalah pendengaran
  • Diare
  • Demam, dan lain sebagainya

Pil KB

Hormon dalam pil KB dapat membantu mengurangi jerawat karena pil KB dapat mengurangi sirkulasi hormon androgen, yang mengurangi produksi sebum.
Pil KB yang digunakan untuk mengobati jerawat harus mengandung estrogen dan progestin agar efektif melawan jerawat.
Jika Anda diresepkan pil KB untuk mengobati jerawat, Anda harus mengetahui efek samping pil tersebut. Efek samping dari pil KB dapat meliputi:
  • Mual
  • Muntah
  • Keram perut
  • Kembung
  • Pertambahan berat badan
  • Penurunan berat badan
  • Perubahan siklus menstruasi
  • Sakit kepala
  • Nyeri payudara
  • Pusing
  • Pingsan

Aldactone

Aldactone (spironolactone) adalah obat jerawat lain yang hanya diresepkan khusus untuk wanita dewasa saja.
Ini obat jerawat yang diresepkan dalam keadaan tertentu saja untuk merawat fluktuasi hormon yang berkontribusi terhadap munculnya jerawat.
Aldactone tidak terlalu umum digunakan, dan bukan pilihan pengobatan jerawat lini pertama.
Tetapi bagi beberapa wanita, aldactone sangat membantu mengobati jerawat yang tidak sembuh-sembuh.
Aldactone juga dapat menimbulkan efek samping, seperti
  • Siklus menstruasi tidak teratur
  • Nyeri payudara
Efek samping lainnya yang mungkin dirasakan, antara lain:
  • Haus atau mulut kering
  • Kram perut, muntah, dan / atau diare
  • Sakit kepala
  • Pusing
  • Tingkat kalium darah meningkat
  • Tekanan darah rendah
Penting untuk mengetahui setiap jenis obat yang ada dan berkonsultasi ke dokter kulit agar Anda bisa menemukan yang terbaik untuk diri sendiri. Pemilihan obat jerawat yang tepat dapat membantu menghilangkan jerawat dengan cepat dan total, minim risiko efek samping, serta mencegah jerawat timbul kembali di masa depan.
5 Gerakan Yoga yang Aman Dilakukan Penderita Spondilolistesis

5 Gerakan Yoga yang Aman Dilakukan Penderita Spondilolistesis

5 Gerakan Yoga yang Aman Dilakukan Penderita Spondilolistesis
Hampir semua gerakan yoga bermanfaat untuk meningkatkan kelenturan otot dan sendi serta menjaga kesehatan tulang belakang. Namun, kondisinya berbeda jika Anda menderita spondilolistesis. Penderita spondilolistesis perlu memastikan bahwa gerakan yoga yang dilakukan cukup aman dan tidak memperparah kondisi tulang belakang.

Pose yoga yang aman untuk penderita spondilolistesis

spondilolistesis ditandai dengan bergesernya ruas tulang belakang ke arah depan sehingga menutupi ruas tulang di bawahnya. Kondisi ini dapat menimbulkan nyeri, terutama saat Anda melakukan gerakan yang menyebabkan tulang belakang meliuk.
Maka dari itu, penderita spondilolistesis disarankan menghindari pose yang banyak melibatkan otot punggung. Berikut adalah beberapa pose yoga yang lebih aman:
1. Hero pose
Sumber: Australian School of Meditation & Yoga
Pose hero adalah pose yoga terbaik bagi penderita spondilolistesis untuk bermeditasi. Pose ini juga bermanfaat untuk melenturkan otot paha, mengembalikan lengkung normal tulang belakang, memperbaiki postur tubuh, serta memberikan ketenangan.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
  • Awali dengan posisi bersimpuh di atas matras. Lipat kedua kaki Anda, lalu duduklah dengan menumpu tumit. Letakkan kedua tangan Anda di atas paha dengan telapak tangan menghadap ke bawah.
  • Tekan kedua kaki ke matras, lalu tegakkan tubuh Anda dengan membiarkan tulang belakang mengikuti bentuk normalnya. Gerakkan bahu ke arah belakang, lalu busungkan dada secara perlahan.
  • Biarkan wajah, rahang, dan perut Anda rileks. Tarik napas dalam-dalam melalui hidung, lalu buang perlahan.

2. Extended dog pose

Sumber: Yoga Journal
Pose yoga extended dog bermanfaat untuk memanjangkan dan menormalkan kembali bentuk tulang belakang penderita spondilolistesis. Pose ini juga dapat melenturkan punggung bagian atas, bahu, dan lengan.
Berikut langkah-langkahnya:
  • Bertumpulah di atas matras menggunakan kedua tangan dan lutut seperti meja. Biarkan wajah menghadap ke bawah.
  • Tahan lutut dan kaki tetap pada posisinya, kemudian gerakkan kedua tangan Anda ke depan. Terus luruskan hingga badan dan kedua tangan membentuk garis lurus.
  • Sambil mengembuskan napas, gerakkan pantat ke belakang. Tangan Anda harus tetap lurus, jangan biarkan siku menyentuh matras.
  • Kini, dahi Anda dapat menyentuh matras. Biarkan leher dan punggung Anda rileks. Bernapaslah secara perlahan dan teratur sebanyak 4-8 kali.

3. Standing forward fold pose

Sumber: Yoga Journal
Pose yoga yang satu ini dapat memperkuat otot perut dan punggung serta melenturkan otot paha penderita spondilolistesis. Postur tubuh yang dilatih dalam pose ini juga bermanfaat untuk sistem pencernaan, perkemihan, serta saraf pada badan.
Tahapannya adalah sebagai berikut:
  • Berdiri dengan kedua kaki selebar bahu. Pastikan bobot tubuh Anda terbagi dengan seimbang pada kedua kaki.
  • Bungkukkan tubuh hingga kepala Anda menghadap lutut. Bila memungkinkan, tempelkan tangan Anda pada lantai dan jagalah kaki agar tetap lurus.
  • Tarik dan embuskan napas sebanyak 4-8 kali.

4. Wind relieving pose

Sumber: My Fitness Craze
Penderita spondilolistesis dapat memanfaatkan pose yoga ini untuk mengembalikan lengkungan tulang belakang. Anda juga tidak perlu khawatir akan risiko nyeri karena pose ini relatif mudah dan sangat aman bagi pemula.
Langkah-langkahnya antara lain:
  • Awali dengan berbaring telentang, lalu tekuk kedua lutut Anda dan dekatkan ke arah dada.
  • Peluk lutut dengan kedua tangan. Pastikan kedua tangan menyentuh siku, lengan, pergelangan tangan, atau jari-jari satu sama lain.
  • Tekuk dagu ke arah dada, lalu usahakan agar bahu tetap dekat dengan lantai. Biarkan kaki dan pinggang Anda rileks.
  • Tarik dan embuskan napas dalam-dalam sebanyak 4-8 kali.

5. Five pointed star pose

Sumber: Sacred Source Yoga
Pose yoga untuk penderita spondilolistesis tidak hanya harus aman, tapi juga bermanfaat bagi kesehatan tulang belakang. Pose five pointed star membantu menjaga bentuk normal tulang belakang sekaligus memperbaiki postur Anda.
Berikut adalah tahap-tahapnya:
  • Berdirilah tegak dengan kedua kaki membuka lebar. Rentangkan kedua tangan Anda ke samping. Kaki harus sejajar dengan pergelangan tangan.
  • Kencangkan lutut dan paha Anda. Kaki Anda akan terasa kuat dan kokoh.
  • Sambil tetap merentangkan tangan, biarkan bahu Anda rileks. Gerakkan baju ke belakang dan busungkan dada secara perlahan.
  • Tarik dan embuskan napas sebanyak 4-8 kali.
Yoga akan memberikan manfaat besar bagi kesehatan penderita spondilolistesis, selama pose yang dilakukan aman bagi kondisi tulang belakang. Selain kelima pose di atas, Anda pun bisa melakukan beragam pose lainnya dengan prinsip yang serupa.
Selama menjalani yoga, tetap pahami kebutuhan tubuh Anda. Jangan memaksakan pose yoga yang menimbulkan rasa tidak nyaman atau memiliki risiko cedera. Jika tubuh mulai tera
Sama-sama Redakan Nyeri, Pahami Beda Acetaminophen, Aspirin, dan Ibuprofen

Sama-sama Redakan Nyeri, Pahami Beda Acetaminophen, Aspirin, dan Ibuprofen

Sama-sama Redakan Nyeri, Pahami Beda Acetaminophen, Aspirin, dan Ibuprofen
Aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen merupakan obat dengan fungsi yang sama, yaitu sebagai pereda nyeri. Mungkin Anda menganggap bahwa ketiganya sama, karena sama-sama merupakan obat untuk mengatasi nyeri. Ternyata, ada perbedaan dari aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen.  
Simak ulasan di bawah ini agar tahu obat jenis apa yang lebih cocok untuk meredakan rasa nyeri yang Anda alami. 

Perbedaan acetaminophen, aspirin, dan ibuprofen

Ketika sakit kepala, punggung, atau bagian lainnya, mungkin Anda akan segera minum obat penghilang rasa nyeri. Sayangnya, tak semua obat pereda nyeri itu sama, Anda harus menyesuaikannya dengan kondisi Anda.
Nah, umumnya masyarakat lebih mengenal obat aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen sebagai pereda nyeri. Dua diantaranya, yatu aspirin dan ibuprofen termasuk dalam obat non-steroid anti-inflamasi (NSAID). 
Obat dengan kategori NSAID biasanya digunakan untuk meredakan nyeri haid atau gigi serta gangguan pada sendi, otot, saraf, dan tendon. Sedangkan, acetaminophen lebih berguna pada orang yang mengalami nyeri selama flu menyerang. 
Akan tetapi, ketiganya sama-sama digunakan untuk mengurangi demam. Supaya Anda lebih mengenali apa saja perbedaan antara aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen, mari diulas satu persatu. 

1. Cara kerja

paracetamol acetaminophen obat
Walaupun ketiganya termasuk dalam obat penghilang rasa nyeri, aspirin, acetaminophen dan ibuprofen tentu memiliki cara kerja yang berbeda. 

Aspirin dan ibuprofen

Sebagai obat NSAID,  aspirin dan ibuprofen dapat menghambat prostaglandin. Prostaglandin merupakan zat kimia dalam tubuh yang mirip seperti hormon. Zat ini berguna dalam sistem reproduksi dan penyembuhan luka, termasuk meredakan sakit.
Biasanya, senyawa kimia ini diproduksi selama menstruasi dan merangsang otot rahim agar berkontraksi. Jika kadarnya terlalu tinggi, prostaglandin dapat menyebabkan nyeri haid dan radang sendi. 

Acetaminophen

Jika aspirin menghambat produksi prostaglandin, justru acetaminophen meningkatkan senyawa prostaglandin di otak manusia agar rasa sakit Anda mereda. 
Acetaminophen lebih baik dalam mengatasi demam dibandingkan dengan ibuprofen atau aspirin. Selain itu, acetaminophen aman digunakan untuk ibu hamil dan anak bayi.

2. Dosis penggunaan

magnesium sulfate sulfat
Salah satu hal yang menjadi perbedaan lain antara aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen  adalah dosis penggunaan. Walaupun fungsinya sama, setiap obat memiliki dosis aman yang berbeda-beda. 

Aspirin

Normalnya, dosis rata-rata orang dewasa adalah 325-1000 miligram (mg) setiap empat sampai enam jam sesuai kebutuhan. Jika Anda minum obat ini, jangan sampai minum lebih dari 4 gram per hari. 
Bagi anak-anak, dosis aman aspirin mereka adalah 10-15 mg per kilogram setiap empat sampai enam jam. Namun, disarankan untuk tidak dikonsumsi oleh anak-anak berusia di bawah 18 tahun. 

Acetaminophen

Sebenarnya, dosis acetaminophen pada orang dewasa hampir sama dengan dosis penggunaan obat aspirin, yaitu 325-100 mg setiap empat sampai enam jam. Selain itu, konsumsi harian acetaminophen juga tidak boleh lebih dari 4 gram.
Namun, biasanya pemberian acetaminophen pada anak-anak dalam bentuk cairan karena lebih cepat bereaksi dan mudah diminum. 

Ibuprofen

Jika aspirin dan acetaminophen memiliki persamaan dalam dosis penggunaan, ibuprofen mempunyai aturan dosis yang berbeda dengan keduanya. Dosis ibuprofen pada orang dewasa adalah 200-400 mg setiap empat sampai enam jam. 
Penggunaan hariannya pun dibatasi tidak boleh melebihi 3,2 gram per hari untuk mencegah overdosis. 

3. Efek samping

pengobatan anemia obat kurang darah
Setelah mengetahui perbedaan antara aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen dalam dosis penggunaan, kenali apa saja efek samping yang ditimbulkan dari ketiga obat ini. 

Aspirin

Seperti yang dilansir dari laman U.S National Library of Medicine, terdapat beberapa efek samping yang ditimbulkan ketika Anda mengonsumsi aspirin, yaitu:
  • Diare
  • Gatal-gatal
  • Nyeri perut
  • Ruam kulit
  • Mual
Bahkan mungkin saja Anda mengalami gangguan pendengaran atau telinga berdering. Bila hal ini terjadi, sebaiknya segera ke unit gawat darurat karena hal ini bisa jadi tanda overdosis obat. 
Maka itu, sebelum mengonsumsi aspirin, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter dahulu, terutama penderita maag, ibu hamil, dan memiliki masalah perdarahan. 

Acetaminophen

Sebenarnya, acetaminophen termasuk obat penghilang nyeri yang memiliki efek samping yang sedikit jika dikonsumsi sesuai anjuran. Akan tetapi, ketika seseorang menggunakannya secara berlebihan, tentu akan menimbulkan berbagai efek samping, seperti:
  • Mual
  • Sakit perut
  • Kehilangan nafsu makan
  • Sakit kepala
  • Ruam kulit dan gatal
  • BAB berwarna tanah
  • Urine berwarna gelap
Mengonsumsi acetaminophen secara berlebihan pun dapat meningkatkan risiko kerusakan hati, terutama pada pecandu alkohol. Hal tersebut dikarenakan alkohol membuat tubuh memiliki tingkat toleransi acetaminophen yang lebih rendah, sehingga dosisnya diturunkan menjadi 2 gram per hari. 

Ibuprofen

Ada beberapa efek samping lainnya yang perlu Anda ketahui, yaitu:
  • Pusing
  • Iritasi mata dan penglihatan terganggu
  • Pembengkakan pada pergelangan kaki. 
  • Reaksi alergi tingkat sedang. 
  • Kesemutan dan mati rasa pada kaki dan tangan
  • Sering buang air kecil
Jika perbedaan antara aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen di atas masih membuat Anda bingung harus memilih yang mana, tanyakan kepada dokter atau apoteker ketika membeli obat.